Rabu, 19 Desember 2012

KONSEP SEHAT DAN SAKIT, PARADIGMA KEPERAWATAN, DAN CARING KONSEP SEHAT DAN SAKIT

KONSEP SEHAT DAN SAKIT, PARADIGMA KEPERAWATAN, DAN CARING  KONSEP SEHAT DAN SAKIT
Apa yang dimaksud dengan sehat sakit?  Beberapa Definisi Sehat Sakit di antaranya adalah sebagai berikut.      Definisi Sehat Sakit menurut Dasar Keperawatan      Definisi Sehat (Who) 1947. Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemhan.     Mengandung 3 karakteristik :      Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.      Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.      Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.     Sehat bukan merupakan suatu kondisitetapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan proses.Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.      Definisi Sehat Pender (1982). Sehat adalahperwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankanstabilitas dan integritas struktural.      Definisi Sehat Paune (1983). Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakanuntuk perawatan diri ( self care Aktions) secara adekual.Self care Resouces : mencangkup pengetahuan, keterampilan dan sikap.Self care Aktions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkanfungsi psikososial dan spiritual.      Definisi Sehat menurut Perseorangan  Pengertian sehat menurut perseorangan dan gambaran seseorang tentang sehat. sangat bervariasi.Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sakit :      Status perkembangan.Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan merespon terhadap perubahandalam kesehatan dikatakan dengan usia.Contoh : Bayi dapat merasakan sakit, tetapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatasi.Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu mengantisipasi perilaku-perilaku selanjutnya.      Pengaruh sosial dan kultural. Masing-masing kultur mempunyai pandangan tentang sehat dan diturunkan dari orang tua keanak-anak.      Pengalaman masa lalu.Seseorang dapat mempertimbangkan adanya rasa nyeri/sakit. Disfungsi (tidak berfungsi) membantu menentukan definisi seorang tentang sehat.      Harapan sesorang tentang dirinya.Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun psikososialnya jika mereka sehat.  Faktor lain yang berhubungan dengan diri sendiri, yaitu :      Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik/secara utuh.      Self Esleem (harga diri), Body Image (gambaran diri), kebutuhan, peran dan kemampuan.      Definisi Sakit  Sakit yaitu defiasi/penyimpangan dari status sehat.      PEMONS(1972). Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.      BAUMAN(1965). Seseorang menggunakan3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit atau tidak, yaitu :      Adanya gejala, misalnya naiknya temperatur, nyeri.
Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan, seperti baik, buruk, dan sakit.      Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari misalnya bekerja ,sekolah.  Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas.Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit. Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.      Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.
Sebagai manifetasi keberhasilan/kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan.      Gangguan kesehatan. Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat.      Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat/kesehatan seseorang.      Kedudukannya : dinamisdan bersifat individual.      Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada titik yang lain.  (http://911medical.blogspot.com/2007/06/konsep-sehat-sakit.html)  12. Bedakan dan jelaskan model sehat sakit!      Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman)  Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal , dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total”  Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.  Sedangkan sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.  Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan sesuai titik-titik tertentu pada skala Rentang Sehat-Sakit.  Dengan model ini perawat dapat menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan rentang sehat-sakitnya. Sehingga faktor resiko klienmerupakan faktor penting untuk diperhatikan dalam mengidentifikasi tingkat kesehatan klien. Faktor-faktor resiko itu meliputi variabel genetik dan psikologis.  Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrem pada rentang itu (Kesejahteraan Tingkat Tinggi – Kematian). Misalnya: apakah seseorang yang mengalami fraktur kaki tapi ia mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih sehat dibandingkan dengan orang yang mempunyai fisik sehat tapi mengalami depresi berat setelah kematian pasangannya.  Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi perawat dalam menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan datang.      Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn)  Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku.  Pada pendekatan model ini perawat melakukan intervensi keperawatan yang dapat membantu klien mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan. Model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam keperawatan keluarga maupun komunitas.      Model Agen-Pejamu-Lingkungan(Leavell at all.)  Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan Lingkungan. Agen merupakan berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau psikososial. Jadi Agen ini bisa berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stress) atau yang meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll).Pejamu adalah seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu. Faktor pejamu antara lainsituasi atau kondisi fisik dan psikososoial yang menyebabkan seseorang beresiko menjadi sakit.Misalnya: Riwayat keluarga, usia, gaya hidup dan lain-lain. Sedangkan lingkungan berarti seluruh faktor yang ada diluar pejamu. Faktor lingkungan mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik, misalnya tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal, penerangan, kebisingan, dan lain-lain. Lingkungan social, misalnya hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, misalnya stress, konflik, kesulitan ekonomi, krisis hidup, dan lain-lain.  Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon yang dapat meningkatkan kesehatan atau yang dapat merusak kesehatan berasal dari interaksi antara seseorang atau sekelompok orang dengan lingkungannya.Selain dalam keperawatan komunitas model ini juga dikembangkan dalam teori umum tentang berbagai penyebab penyakit.      Model Keyakinan-Kesehatan  Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman (1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan.  Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.  Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain:      Persepsi individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit.Misal: seorang klien perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat keluarganya, apalagi kemudian ada keluarganya yang meninggal maka klien mungkin merasakan resiko mengalami penyakit jantung.      Persepsi individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit, anjuran untuk bertindak (misal: kampanye media massa, anjuran keluarga atau dokter dan lain-lain).      Persepsi individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil.Seseorang mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup, meningkatkan kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.  Model ini membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, keyakinan, dan perilaku klien, serta membantu perawat membuat rencana perawatan yang paling efektif untuk membantu klien.      Model Peningkatan-Kesehatan (Pender).  Dikemukakan oleh I (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah model yang menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan.  Fokus dari model ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan (kognitif-persepsi dan faktor pengubah), mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit.  (http://umitrastikes.blogspot.com/2010/01/konsep-sehat-sakit.html)  13. Jelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku sehat sakit!  Variabel yang mempengaruhi keyakinan dan praktik kesehatan adalah sebagai berikut.      Variabel internal, meliputi:      Tahap perkembangan  Pola pikir dan pola perilaku seseorang mengalami perubahan sepanjang hidupnya. Perawat harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat perawat menggunakan keyakinan terhadap kesehatan dan cara klien melaksanakannya sebagai dasar dalam membuat rencana perawatan.      Latar belakang intelektual  Keyakinan seseorang terhadap kesehatan sebagian terbentuk oleh variabel intelektual, yang terdiri dari pengetahuan (informasi yang salah) tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit, latar belakang pendidikan, dan pengalaman di masa lalu.      Persepsi tentang fungsi  Cara seseorang merasakan fungsi fisik akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Ketika perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, mereka mengumpulkan data subjektif tentang cara klien merasakan fungsi fisik, seperti tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri. Mereka juga mengumpulkan data objektif tentang fungsi actual, seperti tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru.      Faktor emosional  Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Banyak orang yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang resiko menderita kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan.      Faktor spiritual  Terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga/teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.      Variabel eksternal      Praktek di keluarga  Cara bagaimana keluarga klien menggunakan pelayanan kesehatan biasanya akan mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatan. Klien kemungkinan besar akan melakukan tindakan-tindakan pencegahan bila keluarganya melakukan hal yang sama.      Faktor sosio-ekonomik  Faktor sosial dan psiko-sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakit. Variabel psiko-sosial mencakup stabilitas perkawinan/hubungan intim seseorang, kebiasaan gaya hidup, dan lingkungan kerja. Variabel sosial berperan dalam menentukan bagaimana sistem pelayanan kesehatan menyediakan pelayanan medis.      Latar belakang budaya  Mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu. Budaya juga mempengaruhi tempat masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan dan mempengaruhi cara melaksanakan kesehatan pribadi.  Variabel yang mempengaruhi perilaku sakit adalah sebagai berikut.      Variabel internal  Variabel internal yang penting dan dapat mempengaruhi perilaku pada saat klien sakit antara lain persepsi mereka terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami. Jika klien merasa yakin bahwa gejala sakit tersebut dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, maka mereka lebih cenderung mencari bantuan kesehatan dibandingkan bila klien tidak memandang gejala tersebut dapat menjadi suatu gangguan baginya.      Variabel eksternal  Yang mempengaruhi perilaku sakit klien terdiri dari gejala yang dapat dilihat, kelompok sosial, latar belakang budaya, variabel ekonomi, kemudahan akses ke dalam system pelayanan kesehatan, dan dukungan sosial.  14. Apa dampak sakit bagi keluarga dan klien?  Kondisi sakit tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan. Klien dan keluarganya harus menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan yang dilaksanakan. Setiap klien akan berespons secara unik terhadap kondisi sakit yang dialaminya, oleh karena itu intervensi keperawatan yang diberikan harus bersifat individual. Klien dan keluarga umumnya akan mengalami perubahan perilaku dan emosional, seperti perubahan peran, gambaran diri, konsep diri, dan dinamika dalam keluarga.

ASKEP

 
   
  Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk (Wilkinson, 2006).
Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan pada dasarnya mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas manajemen organisasi. Dalam pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan standar bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar asuhan berfokus pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja perawat professional untuk memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga harus dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal, 2000).
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar pemerataan dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi perawat professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam tatanan pelayanan keperawatan professional (Suparti, 2005)
PPNI telah menyusun Standar  Asuhan Keperawatan sebagai panduan bagi perawat Indonesia untuk melakukan Asuhan Keperawatannya.
Detail mengenai standar asuhan keperawatan bisa diperoleh di kantor sekretariat PPNI.

 Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Tujuan SIK untuk mentransformasi data yang tersedia melalui pencatatan.



Ditulis Oleh : Heru Supanji, S.Pd,MM

Sistem informasi terdiri dari dua kata, yaitu sistem dan informasi. Sistem adalah kumpulan elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang (Davis, 1999).

Informasi dapat menggambarkan kejadian nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Sumber dari informasi adalah data yang dapat berbentuk huruf, simbol, alfabet dan lain sebagainya. Pada intinya sistem informasi itu tidak lepas dari input-proses-output, data yang diproses oleh sistem sehingga menghasilkan suatu output (informasi). 

Di Indonesia sendiri telah ada susunan undang undang yang menjelaskan tentang informasi yaitu : 
Menurut UUD 1945, Pasal 28; Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. 
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 7 menyebutkan bahwa “setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab”. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) nasional bertugas menjawab tantangan tersebut.
Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari Sistem Kesehatan di suatu negara. Kemajuan atau kemunduran Sistem Informasi Kesehatan selalu berkorelasi dan mengikuti perkembangan Sistem Kesehatan, kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bahkan mempengaruhi Sistem Pemerintahan yang berlaku di suatu negara.
Ketika sistem pemerintahan Indonesia berubah dari setralisasi ke desentralisasi, maka SIK ikut terpengaruh, beberapa masalah mengemuka. Salah satu masalah itu, terjadinya kesenjangan dalam aliran data dari unit pelayanan kesehatan terdepan (Puskesmas dan jaringannya serta Rumah Sakit) hingga ke jenjang administrasi kota dan kabupaten, provinsi dan pusat. Masalah lain, tidak berpungsinya Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NPSK) sistem pencatatan dan pelaporan sebagaimana layaknya seperti sebelum sistem desentralisasi diterapkan. 
Apakah Sistem Informasi Kesehatan itu?
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Suatu sistem informasi terdiri dari data, manusia dan proses serta kombinasi perangkat keras, perangkat lunak dan teknologi komunikasi. Penggunaan informasi terdiri dari 3 tahap yaitu pemasukan data, pemrosesan, dan pengeluaran informasi.
Sistem informasi kesehatan (SIK) merupakan subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang berperan dalam memberikan informasi untuk pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi kesehatan baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota atau bahkan pada tingkat pelaksana teknis seperti rumah sakit ataupun puskesmas.
Dalam bidang kesehatan telah banyak dikembangkan bentuk-bentuk system informasi kesehatan (SIK). Tujuan dikembangkannya berbagai bentuk SIK tersebut adalah agar dapat mentransformasi data yang tersedia melalui sistem pencatatan rutin maupun non rutin menjadi sebuah informasi yang adequate untuk membantu pengambilan keputusan di bidang kesehatan. 
Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan
Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building blocks” atau komponen utama dalam Sistem Kesehatan di suatu negara. Keenam komponen (buliding blocks) Sistem Kesehatan tersebut ialah : 
1. Servis Delivery (Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan) 
2. Medical product, vaccines, and technologies (Produk Medis, vaksin, dan Teknologi Kesehatan) 
3. Health Workforce (Tenaga Medis) 
4. Health System Financing (Sistem Pembiayaan Kesehatan) 
5. Health Information System (Sistem Informasi Kesehatan) 
6. Leadership and Governance (Kepemimpinan dan Pemerintahan) 
SIK di dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia 
Sistem Kesehatan Nasional Indonesia terdiri dari 7 subsistem, yaitu : 
1. Upaya Kesehatan 
2. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 
3. Pembiayaan Kesehatan 
4. Sumber Daya Mansuia (SDM) Kesehatan 
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan 
6. Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan 
7. Pemberdayaan Masyarakat 
Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu : Manajemen, Informasi dan Regulasi Kesehatan. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungi kebijakan kesehatan, adiminstrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berdaya guna, berhasil gunam dan mendukung penyelenggaraan keenam subsitem lain di dalam Sistem Kesehatan Nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu. 
Manfaat Sistem Informasi Kesehatan 
Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut : 
1. Mendukung manajemen kesehatan 
2. Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan 
3. Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas 
4. Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti (evidence-based decision) 
5. Mengalokasikan sumber daya secara optimal 
6. Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi 
7. Membantu penilaian transparansi 
Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia 
Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain : 
1. Faktor Pemerintah 
  • Standar SIK belum ada sampai saat 
  • Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam 
  • Belum ada rencana kerja SIK nasional 
  • Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam 
2. Fragmentasi 
  • Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi (kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan tidak conect dengan pusat. 
  • Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu) 
  • Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien. 
  • Format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar secara nasional. 
3. Sumber daya masih minim 
Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia 
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian masa sebagai berikut : 
1. Era manual (sebelum 2005) 
2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011) 
3. Era Komputerisasi (mulai 2012) 
Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi - TIK). 
1. Era Manual (sebelum 2005) 
  • Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui berbagai jalan.
  • Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen Kesehatan.
  • Bentuk data : agregat.
  • Sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data.
  • Sangat beragamnya bentuk laporan.
  • Validitas diragukan.
  • Data sulit diakses.
  • Karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit dioah dan dianalisis.
  • Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.
2. Era Transisi (2005 – 2011) 
  • Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih terfragmentasi).
  • Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual.
  • Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
  • Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin.
3. Era Komputerisasi (mulai 2012) 
  • Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).
  • Data inbdividual (disagregat).
  • Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bangk data di pusat (e-Helath).
  • Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data.
  • Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).
  • Lebih cepat, tepat waktu dan efisien.
  • Lebih ramah lingkungan.
Sistem Informasi Kesehatan di masa Depan
Dalam upaya mengatasi fragmentasi data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang disebut Sistem Aplikasi Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 
  • Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau computerized.
  • Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas kesehatan).
  • Tidak ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
  • Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi pengurangan beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien atau masyarakat.
  • Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital di kirim ke bank data nasional (data warehouse).
  • Laporan diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas kesehatan di Unit pelayanan terdepan.
  • Puskesmas dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer.
  • Petugas akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda Generik.
  • Mudah dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
  • Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
Mata Kuliah Informasi Teknologi ~ Sistem Informasi Kesehatan ~Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia, dari berbagai sumber.